kemarihope

Bahagia itu seperti apa?

Setiap yang bernafas, setiap orang yang hidup di dunia ini, pasti sangat mendambakan kebahagiaan, segala cara dilakukan oleh mereka agar bisa mencapai kebahagiaan. Setiap orang memiliki definisi kebahagiaannya sendiri dan pilihan objek yang berbeda sampai membuat orang itu bahagia, contohnya jabatan, uang, popularitas, kecerdasan dll. Banyak orang melupakan bahwa kebahagiaan itu bukanlah bicara mengenai hal yang mewah, hal yang besar yang sangat menakjubkan, walau terkadang hal-hal itu memang membuat sebagian orang merasa bahagia.

“Bahagia itu sederhana” begitu orang-orang mengatakannya. Tapi apakah memang benar seperti itu yang mereka inginkan? Tidak dipungkiri bahwa sekarang ini, definisi kebahagiaan yang “mutlak” bagi kita adalah:

  1. Bahagia bila memiliki rumah mewah
  2. Bahagia bila memiliki jabatan yang tinggi di perusahaan
  3. Bahagia bila memiliki pendidikan yang tinggi
  4. Bahagia bila memiliki tabungan atau uang yang melimpah
  5. Bahagia bila sudah menjadi orang yang terkenal
  6. Bahagia bila sudah bisa pergi keliling dunia dengan menaiki kapal pesiar dan makan-makanan yang lezat.

Tidak dipungkiri, begitu definisi kebahagiaan menurut sebagian orang. Tapi bagi yang menerapkan “bahagia itu sederhana” mungkin akan memiliki definisi yang berbeda lagi, bisa saja kebahagiaan menurut mereka lebih kepada:

  1. Bahagia kalau sudah bisa makan 3 kali sehari
  2. Bahagia itu ketika pulang kerja, istri dan anak-anak menyambutnya dengan bahagia
  3. Bahagia itu ketika semua keluarga sehat dan memiliki tempat berlindung yang nyaman dan aman
  4. Bahagia itu ketika kita bangun pagi dengan segar dan bisa melakukan aktifitas dengan baik.

Ya, definisi kebahagiaan menurut setiap orang pasti berbeda. Definisi kebahagiaan menurut orang kaya berbeda dengan definisi kebahagiaan menurut orang yang kurang mampu.

Apa itu happiness atau kebahagiaan? Arti kata bahagia berbeda dengan arti kata senang. Secara filsafat, arti bahagia dapat diartikan sebagai kenyamanan dan kenikmatan spiritual dengan sempurna serta rasa kepuasan, tidak adanya cacat dalam pikiran sehingga merasa senang serta damai. Lalu, apa itu kebahagiaan?

Karakteristik orang yang bahagia meliputi:

  • menghargai diri sendiri,
  • optimis,
  • terbuka,
  • mampu mengendalikan diri.

Nah, sudah nemu kan definisi kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagiaan bukan hanya bicara mengenai suatu objek, seperti kaya-miskin, banyak uang, jabatan tinggi atau benda-benda yang lainnya. Walau seseorang itu kaya, uang melimpah, jabatan tinggi, belum tentu dia juga bahagia, kalau tidak sesuai dengan definisi kebahagiaan di atas dan karateristiknya.

Kebahagiaan itu datang dari dalam dirimu, bukan dari orang lain yang memberikannya. Dirimu sendirilah yang membuatmu bahagia bukan orang lain. Dirimu sendiri yang dapat memilih untuk bahagia atau tidak. You can’t make everyone happy, you are not a jar of chocolate.

Terkadang kita merasa cemburu dan iri dengan kesuksesan atau sesuatu yang sudah diraih orang lain, termasuk sahabat kita sendiri. Jangankan dengan sahabat, suami istripun bisa saling iri dan cemburu karena kesuksesan masing-masing. Suami merasa rendah hati dan cemburu karena jabatan istri lebih tinggi dan itu membuat kehidupannya jadi kurang bahagia. Ada lagi, saat sahabat kita memiliki keberuntungan yang lebih, dalam hal apapun, seperti pendidikan, nilai yang bagus, pacar yang baik, orang tua atau keluarga yang mendekati sempurna, hal-hal itu membuat sahabatnya yang lain merasa iri, mulai membandingkan diri dan sudah pasti membuatnya tidak bahagia dengan kehidupan yang dimilikinya.

Hal-hal seperti itu bisa saja terjadi dalam kehidupan sehari-hari. That’s reality. Terkadang saat kita memiliki keberuntungan yang melebihi orang lain, dia akan merasa iri, cemburu, rendah diri, menjauh, selalu memperlihatkan ekspresi yang tidak bersahabat. Kemudian kita akan menjadi kebingungan, kenapa dia berubah, kenapa dia bersikap seperti itu, dan apa kesalahan yang telah kita lakukan. Dan kita juga bisa bertanya-tanya, “apa kebahagiaan dan keberuntungan yang kudapatkan malah membuatnya jadi sedih dan melukainya?” —— “lalu apa yang harus kulakukan?” —— “apa aku tidak boleh menunjukkan kebahagiaan yang kudapatkan karena kesuksesan dan keberuntunganku ini?”

Banyak orang diantara kita, yang belum bisa berdamai dengan kehidupan, yang hanya bisanya menuntut untuk diberikan kebaikan, kebahagiaan, kesuksesan, kelancaran, dan dengan gampang marah kepada dunia, kepada orang lain kenapa semua hal baik tidak pernah datang menghampirinya. Tidak banyak yang menyadari, bahwa kita tidak bisa menyalahkan orang lain atas ketidakberuntungan kita, bahwa kita tidak harus mengutuki orang lain atas kebahagiaannya sedangkan kita masih belum mencapainya. Belum banyak orang menyadari bahwa akan lebih baik saat kita bisa mampu berbahagia bersama mereka yang sedang berbahagia, walau kita belum ada di posisi terindah seperti mereka. Seharusnya kita sudah dari lama menyadari bahwa, kebahagiaan itu datangnya dari dalam diri kita, dari pikiran positif dan evaluasi diri kita sendiri.

Cerita pendek saat itu:

Seorang sahabat menunjukkan ekspresi yang tidak biasanya kepadaku suatu pagi, melihat ekspresinya itu aku bertanya, kenapa dia seperti itu. Benar-benar aneh karena dia tidak biasanya seperti itu, ekspresinya sangat jelas terlihat kalau dia kesal dan sialnya itu ditunjukkan kepadaku. Membuatku bertanya-tanya sendiri kenapa dia seperti itu, sampai akhirnya aku bertanya dan meminta maaf kalau ternyata aku ikut ambil andil dalam kekesalannya saat itu. Dia kemudian bercerita bahwa sudah seminggu ini dia uring-uringan dan merasa kesal dengan orang lain yang menurutnya menilainya negatif, padahal dirinya tidak seperti itu. Orang itu menilainya sebagai orang yang terlalu mudah senang (kalau senang ya senang banget) dan mudah sedih (kalau sedih ya sedih banget). Mendengar penilaian itu, membuatnya langsung mengevaluasi dirinya sebagai orang yang berlebihan dalam menunjukkan ekspresinya. Karena itu dia bercerita bahwa dia akan mulai biasa saja. Tapi keputusannya itu malah membuatnya uring-uringan dan orang lain yang melihatnya juga akan merasa aneh. Dia tidak lagi banyak tertawa, hanya menunjukkan ekspresi flat.

Sahabatku ini bahkan sampai 1 minggu menyimpan kekesalannya hanya karena orang lain. Aku rasa bukan hanya sahabatku tapi aku, orang lain, bahkan kedua orang tua kami mungkin pernah merasakan hal itu. ORANG LAIN MERENGGUT KEBAHAGIAAN KITA. Sebenarnya bukan orang lain yang merenggutnya, tapi kita sendirilah yang memilih untuk tidak bahagia dan memikirkan perkataan orang lain, bahkan sampai satu minggu. 

Ayat alkitab mengatakan begitu, jangan sampai kemarahanmu dan kekesalanmu sampai berlarut-larut, bahkan Tuhan bilang jangan sampai matahari terbenam tapi kamu masih marah. Kebayang bagaimana terlukanya hati dan tubuh sahabatku ketika dia uring-uringan selama 1 minggu dan kebayang seberapa banyak kebahagiaan yang direnggut oleh orang lain darinya? Itulah yang sering terjadi, khususnya dalam usia-usia pertemanan seperti usia 20-an. Usia di mana kita sangat disibukkan dengan penilaian orang yang berusaha menampilkan diri seperti yang diinginkan oleh ornag lain. Apa yang orang lain katakan itu baik, kita akan berusaha mati-matian untuk melakukannya agar dinilai baik dan hebat di mata orang lain. Hal ini membuat kita semakin down dan semakin terpuruk ketika orang lain menilai negatif tentang kita. Aku mengatakan hal ini kepada sahabataku:

“Kamu bijak aja nanggepin kata-kata dia, hemm, jangan jadikan kata-kata orang lain sebagai penentu hidup kita, boleh diambil jadiin evaluasi diri tapi jangan langsung bikin terpuruk juga”

Kata-kata orang lain tentu saja baik untuk evaluasi diri, untuk memperbaiki diri kalau memang kita salah dan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik lagi. Tapi jangan jadikan kata-kata orang lain sebagai sesuatu yang harus kamu amini, yang harus kamu iyakan dan menjadi penilaian atas dirimu sendiri. Come on, satu-satunya orang yang paling mengetahui dirimu sendiri (selain Tuhan) adalah DIRIMU SENDIRI, bukan orang lain bahkan bukan kedua orang tuamu.

Pilihan ada di tanganmu, mau bahagia atau tidak.

Selamat memilih ya, aku tahu kamu pasti memilih yang tepat, untuk dirimu sendiri.

(respot blog terdahulu | 17 Juli 2021)

Seorang psikolog klinis merangkap sebagai mamanya twomungils dan juga istri cantiknya handayu (handika&ayu) Yang suka sekali menulis dan menuangkan semua yang ada di kepala yang buanyaaak banget ternyata isinya. Yang kemudian dituliskan saja karena takut lupa dan juga “oke juga nih pemikiran gue” lol Anw, welcome, Semoga apapun yang kubagikan disini bisa berguna dan memberi inspirasi ya Love, andiniayu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *